sebenernya ini cerita udah agak lama. sekitar akhir tahunan 2011 lalu. seperti biasa, saya mudik 2 minggu sekali. melewati rute yang sama. jogja-wonosari-pracimantoro-pacitan. dengan berkendara mio merah tersayang, yang saya pacu dengan kecepatan 80/km/jam, saya berangkat dari kos sekitar jam 8an. dengan harapan pukul setengah sebelas saya telah sampai rumah.
as you know, meski masih pagi jalanan jogja cukup macet. hal ini menuntut kita untuk lebih lihai dalam meliuk-liukkan si jago merah.
sesampainya di pos sebelah jembatan pas udah lepas patuk tiba-tiba seorang polisi melambai kearah saya menyuruh saya menepi. saya yang merasa tidak berbuat kesalahan langsung menepikan motor. dan dimulailah adegan tilang kutilang itu.
pak polisi : selamat pagi mbak? ( sembari hormat kayak pas upacara) bisa perlihatkan surat-suratnya.
saya : (melongo bentar. keder. kemudian bergegas mengambil dompet ditas.) salah saya apa ya pak?
pak polisi yang agak kurus: tadi mbaknya melanggar lalu linta dengan melindas marka yang tidak putus-putus mbak. mbaknya bisa kepos sebentar.
setelah berkata demikian, bapak polisi yang kurus itu menggiring saya kepos, seperti gembala yang menggiring dombanya untuk pulang ke kandang. hikssss
sebenernya saya mau mengelak. wong saya tisak merasa nglindes kok. tapi polisi yang ada sekitar 7 orangan, keder juga dong gue dikeroyok polisi segitu banyak. akhirnya gue nurut aja.
sesampainya dikandang eh dipos, saya dihadapkan kepada dua orang pak polisi yang agak tua, yang satu bertubuh tambun dan yang satu bertubuh sedang. sedangkan pak polisi yang tadi menggiring saya malah keluar untuk mencari mangsa lagi. tak lama kemudian polisi itu pergi menggunakan motor. tinggalah kami bertiga didalam pos. saya, pak polisi tambun dan pak polisi yang enggak agak tambun. nah loh
kemudian dimulailah tawar menawar ala mbok-mbok dipasar
pak polisi tambun: mau mudik ya mbak?
saya: (lo pikir??mau kesawah??batin saya dongkol setengah mampus. tapi jawaban itu cma dalam hati doang. yang keluar dari mulut saya malah kata-kata lemah lembut bak korban merapi.) iya pak, mau mudik kepacitan. ini udah ditunggu sama ibuk dirumah.
pak polisi lagi: wah pacitan. jauh ya? (sok perhatian)
saya: nggak biasa aja pak
pak polisi:
as you know, meski masih pagi jalanan jogja cukup macet. hal ini menuntut kita untuk lebih lihai dalam meliuk-liukkan si jago merah.
sesampainya di pos sebelah jembatan pas udah lepas patuk tiba-tiba seorang polisi melambai kearah saya menyuruh saya menepi. saya yang merasa tidak berbuat kesalahan langsung menepikan motor. dan dimulailah adegan tilang kutilang itu.
pak polisi : selamat pagi mbak? ( sembari hormat kayak pas upacara) bisa perlihatkan surat-suratnya.
saya : (melongo bentar. keder. kemudian bergegas mengambil dompet ditas.) salah saya apa ya pak?
pak polisi yang agak kurus: tadi mbaknya melanggar lalu linta dengan melindas marka yang tidak putus-putus mbak. mbaknya bisa kepos sebentar.
setelah berkata demikian, bapak polisi yang kurus itu menggiring saya kepos, seperti gembala yang menggiring dombanya untuk pulang ke kandang. hikssss
sebenernya saya mau mengelak. wong saya tisak merasa nglindes kok. tapi polisi yang ada sekitar 7 orangan, keder juga dong gue dikeroyok polisi segitu banyak. akhirnya gue nurut aja.
sesampainya dikandang eh dipos, saya dihadapkan kepada dua orang pak polisi yang agak tua, yang satu bertubuh tambun dan yang satu bertubuh sedang. sedangkan pak polisi yang tadi menggiring saya malah keluar untuk mencari mangsa lagi. tak lama kemudian polisi itu pergi menggunakan motor. tinggalah kami bertiga didalam pos. saya, pak polisi tambun dan pak polisi yang enggak agak tambun. nah loh
kemudian dimulailah tawar menawar ala mbok-mbok dipasar
pak polisi tambun: mau mudik ya mbak?
saya: (lo pikir??mau kesawah??batin saya dongkol setengah mampus. tapi jawaban itu cma dalam hati doang. yang keluar dari mulut saya malah kata-kata lemah lembut bak korban merapi.) iya pak, mau mudik kepacitan. ini udah ditunggu sama ibuk dirumah.
pak polisi lagi: wah pacitan. jauh ya? (sok perhatian)
saya: nggak biasa aja pak
pak polisi: